
Hingga akhirnya keinginan
yang menggebu-gebu ini membawaku pada sebuah pertanyaan “Kenapa aku ingin
memiliki anak?” Apakah keinginan ini keluar hanya karena rasa serakah dan egois
seorang manusia yang ingin memiliki apa yang belum dimiliki? Atau karena aku
mulai sensitif mendengar pertanyaan "Kapan punya anak?” dan pertanyaan
sejenisnya? Atau sekedar kecemburuan saja jika melihat teman-teman yang sudah
mulai memiliki satu, dua, tiga.... momongan? Aku menundukkan kepala, pening,
belum bisa menjawab pertanyaanku sendiri.
Suatu hari, aku menonton
acara televisi yang menampilkan penghafal Al-Qur’an berusia 5,5 tahun. Dalam
tayangan tersebut, orangtua dari hafidz cilik tersebut mengungkapkan bagaimana
cara mendidik anaknya hingga menjadi anak yang soleh, “Berusaha meniru Tarbiyah
Nabawi lith-Thif atau cara nabi mendidik anak”. Tuturnya.
Selesai menonton acara
tersebut, aku tersadar bahwa bagi beberapa orang memiliki anak itu mungkin
mudah tapi mendidiknya agar selalu terjaga dalam fitrahnya (Islam) tentu tidak
mudah jika kita sebagai orangtua tidak belajar.
Aku mengubah pola pikir,
dari berorientasi ingin segera memilki anak, menjadi harus memilki kesadaran untuk mempersiapkan
diri agar dapat menjadi Ibu yang kelak dapat mengemban amanah berharga dari
Allah swt berupa anak-anak, aku ingin menjaga kelangsungan keturunan dengan
melahirkan generasi-generasi muslim, yang akan bersama-sama berjuang
mengagungkan nama Allah swt di muka bumi ini, Sebagai umat Rasulullah saw, aku
ingin menggembirakan beliau dengan memperbanyak jumlah umatnya, InsyaAllah.
Selain itu, aku yakin dari
lubuk hati terdalam, meski tidak diungkapkan, seorang suami pasti merindukan
juga kehadiran buah hati. Kehadiran anak akan membawa ketenangan kita sebagai orangtua ketika kelak akan
beranjak meninggalkan dunia ini, sebab kita sudah memilki anak soleh/solehah
yang akan selalu mendoakan kita. InsyaAllah…