Di Jakarta, bertemu orang-orang beken
itu semudah membuka tutup botol *ini aku nyontek slogan yukbisnis.com* :D,
cukup punya keberanian melawan macet dan punya nyali menaiki metromini yang errgghh
aku agak susah mengistilahkan ini. Kasusnya begini, kakimu baru naik sebelah
tapi metromininya sudah jalan dan pas mau turun, jangan harap supir
metromininya sudi berhenti sempurna nungguin kamu turun dengan manis, dia akan
tetap jalan, hanya lajunya yang diperlambat sebentar kemudian ngebut lagi. Ehmm
sepertinya aku harus punya tulisan khusus episode metromini. Yang pasti
errrggghhhh…
Kembali ke topic. Bersama orang beken
itu aku pernah nonton bareng, pernah makan bareng bahkan sekamar bareng,
siapakah dia? Jreng jreenggg dialah suamikuh kuh kuhh… gimanapun juga orang
beken satu ini harus diakui eksistensinya agar tidak punah *apaan dah*
Di Jakarta, bertemu orang-orang beken
itu semudah membuka tutup botol *nyontek slogan yukbisnis.com* tapi ngga
semudah itu juga sih, kita harus punya keberanian melawan macet dan punya nyali
menaiki metromini yang errgghh aku agak susah mengistilahkan ini. Kasusnya
begini, kakimu baru naik sebelah tapi metromininya sudah jalan dan pas mau
turun, jangan harap supir metromininya sudi berhenti sempurna nungguin kamu
turun dengan manis, dia akan tetap jalan, hanya lajunya yang diperlambat
sebentar kemudian ngebut lagi. Ehmm sepertinya aku harus punya tulisan khusus
episode metromini. Yang pasti errrggghhhh…
Tere Liye ada dalam list orang beken yang
pengen aku mupengin secara live dan Alhamdulillah kemarin siang di JCC Senayan akhirnya
kesampean ketemu Tere Liye di acara meet n greet with Tere Liye *excited*
Ada alasan lain kenapa aku merasa
beruntung sekali ketemu Tere Liye, tentunya selain novel-novelnya yang selalu
mampu membawaku ikut masuk kedalam cerita. Jadi begini *benerin posisi duduk*
Tere Liye yang akrab dipanggil Bang Tere ini bisa dikatakan penulis sangat berbeda
kalo ga mau dibilang misterius, seperti
pribahasa lempar apel sembunyi tangan *anggap aja bener* yang artinya dia
membiarkan pembaca menikmati karyanya tanpa pembaca perlu tau banyak tentang dirinya
dan kehidupannya, google juga hanya mampu memberikan informasi sekedar TTL,
nama anak dan nama istrinya tanpa ada deskripsi mengenai itu. Hmm.. Sepertinya
memang sengaja tidak mau dipublikasikan. Menolak menjadi populer diera obsesif
terhadap diri sendiri ini bukankah sesuatu yang apa banget ya?
Selama membaca karya fiksi atau non
fiksi *ehm.. rajin sekali saya membaca :D * ngga pernah ada selain Bang Tere
yang nggak nulis biografi dihalaman terakhir bukunya. Halaman terakhir pada
setiap buku Bang Tere hanya berisi informasi alamat email dan blog buat pesan bukunya.
Dari alamat email tersebut orang-orang termasuk saya menyimpulkan nama asli
Tere Liye adalah Darwis. Kerendahan hatinnya yang tidak ingin terlalu
mempublikasikan dirinya adalah salah satu alasan khusus itu, salah satunya
lagi, yang saya kagumi dari Bang Tere yang ternyata seorang konsultan keuangan adalah
dia mengizinkan bukunya disebarkan dalam bentuk ebook secara cuma-cuma tanpa
takut royaltinya berkurang padahal banyak penulis lain yang nggak rela bahkan ingin
memperkarakan itu karena merasa karyanya dibajak. Oh.. He’s too different.
Kalo dilihat status fanpagenya, dalam
bayanganku Tere Liye adalah sosok orangtua yang pakai kemeja batik dan celana
bahan dengan gaya bicara seperti Kak Seto tapi ternyata kebalikannya,
penampilannya sporty, anak muda banget, bicaranya tegas dan lantang oh ya ternyata
dia sudah menelurkan 21 buku tapi aku baru baca beberapa saja… *ah dasar
pemalas*
A fact on this note, Meet and Greet
with Tere Liye, banyak sekali penggunaan kata ‘ternyata’ nya.
Last, He’s trully different…