Minggu, 12 Juli 2015

Detik-Detik Wafatnya Rasulullah SAW

 
Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur’an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku.”

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala nitu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”.”Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. ” Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.”Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan telinganya.”Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!” – “Umatku, umatku, umatku” Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi wasallim.

Senin, 06 Juli 2015

My Online Shop

Minggu kedua bulan ramadhan pusing banget, bukan karena migrain tapi karena online shop ku sedang banjir orderan *asiikkk* selain menyenangkan saat closing order, bisnis online juga menyisakan seklumit hal yang membuat kepalaku pening yaitu aku harus menangani pertanyaan orang-orang yang worry finger, niat banget pengen order tapi takut setengah mati akan penipuan, lalu pertanyaan orang awam yang tidak habis pikir, belanja online pengiriman dari Jakarta nyampai rumahnya yang di desa dengan cara apa, kemudian pertanyaan ABG alay yang haus mata kalo liat model fashion terbaru tapi nggak ngerti pembayaran via transfer bank. “aku bayar langsung aja ya sista, sist yang kerumahku, aku di Manokwari, nanti aku kasi alamat lengkapku”
“boleh, sista aja yang kerumahku, kita ketemuan di monas yaa” jawabku santai yang dibalas dengan keterkejutan luar biasa dari si penanya.
Kasusnya nggak sampai disitu aja, ada lagi yang sok pinter ngatur-ngatur, komennya pedas tapi nggak order-order.
“mbak, kenapa nggak ditaruh aja sih sekalian ongkos kirimnnya, kan orang jadi nggak nanya-nanya”
“terimkasih sarannya” jawabku manis jangan lupa taruh emot smile padahal dalam hati angry bird banget, iya kali gue taruh ongkir seluruh kecamatan se-Indonesia.
“ini ada warna lain nggak mbak?”
“ada, sedia semua warna yaa, mau warna apa mbak?”
“mbak, harusnya kalo ada warna itu di pajang aja semuanya jadi kan enak milihnya”
“terimakasih sarannya mbak, mbak mau warna apa nanti saya upload”
Koment nggak dibales, dia kabur.

Ada juga pembeli yang rempong, kaya mau pesen bakso nggak pake bawang, nggak pake seledri, nggak pake mangkok.
“sist, saya mau pesan yang baju yang ini tapi warna lain persis model begini tapi ngga usah ada karet pinggangnnya terus harus ada motif monyetnya, oya monyetnya juga yang berwarna biru ya”
“motif monyet blum ada sist”
“Ya Allah kok nggak ada sih?????”

Yang nggak kalah ngeksis di online shop adalah customer PHP. Dia komen di semua pict, “mbak aku mau ini… yg ini juga ya, yang ini dua, yang ini 3 ya mbak, yang ini 5 mbak.. oke totalin ya”
“total segini mbak, silakan transfer sejumlah bla bla bla  ke no.rek bla bla bla”
“oke”
Dua hari kemudian… mbak silakan lakukan pembayaran untuk orderan yang sudah di keep.
Hening tanpa balasan padahal statusnya tiap menit gonta ganti.

Pekerjaan apa sih yang ga ada challenge nya? Semua pasti ada kan? sejauh ini aku semakin terbiasa and so enjoy to do it… bahkan  sudah berani pasang label, high serve, low price, cutomerku juga banyak yang memuji begitu… Alhamdulilah