Sabtu, 13 Februari 2016

Menghadapi Uang

Aku memuji bagaimana orangtuaku dan keluarga dr pihak ibuku mengajarkan bagaimana aku menghadapi uang. Dan alhamdulillah aku tidak pernah sampai kelaparan atau merasa sangat miskin, meski kami (aku dan adik2ku) tidak bisa menikmati blackberry saat lagi booming, tidak bisa membeli pakaian di mall, tidak bisa mengikuti segala yang lagi trend, berpikir 10 kali membeli durian saat lagi mahal2nya tapi itu semua tidak membuat hidup kami berantakan. Sebenarnya hal2 sepele seperti itu yang membuat banyak orang merasa hidupnya amat miskin dan kekurangan, hingga lupa bersyukur apalagi untuk berbagi.

Aku bersyukur sekali adikku #Keyong tumbuh menjadi pria yang tidak pernah mendewakan uang, sebagai kakak, aku sering merasa dibuat seperti adik karena lebih sering diberinya uang. Karena dia ngga pernah menolak jika sewaktu2 aku minta, aku merasa segan. Begitupun sebaliknya. Saat punya uang (gajian, ada proyek), ibu adalah orang pertama yang akan diberikannya tanpa dikurangi.

Kadang2 suasana keluarga yag tidak pernah ada masalah soal uang, tidak ada istilah pelit atau prhitungan dalam keluarga membuatku begitu heran dengan keluarga yang pelit dan perhitungannya bikin mual2 tapi juga sekaligus menyadarkan betapa beruntungnya aku dibesarkan dengan keluarga yang tidak kaya tapi tidak menjadikan uang segalanya.

Semoga aku semakin bisa melihat keberagaman tapi tetap pada identitas diri. Mulai mampu menahan mual saat anyone who has been my family tetap setia menjadi peminta2 dan selalu merasa dirinya kekurangan agar dapat uluran bantuan.

Jadikanlah kami orang2 yang selalu bersyukur. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar