Aku masih
harus naik angkot sekali lagi untuk sampe ke kontrakan. Uuhh… aku terus
melenguh dari terminal Lebak Bulus menuju tempat mangkalnya angkot KWK 12. Aahh
aku masih aja kesel sama sopir angkot barusan, padahal tariff angkot Cuma 4
ribu tapi uangku yang 20 ribuan kembaliannya Cuma 10 ribu, terus dia buru-buru
tancap gas sebelum aku selesai ngitung. Kan Karpet!! Untung suamiku bersikeras
ngasi uang lebih. Dia masih harus kerja
lagi setelah kami menghadiri resepsi teman kantornya jadi aku pulang sendiri.
Angkot
ke Pamulang, Parung, Ciputat, Ragunan, Kebayoran semua mangkal di terminal yang
kabarnya akan jadi terminal terbesar se-jabodetabek, terminal Lebak Bulus.
dengan sabar aku ngeladenin mereka yang terus teriak-teriakin aku: Mbak Parung
mbaakk! Mbak Mulang-Mulang! Yok yookk Putat-Putat, mbak Ciputat mbak? Aku terus
menggeleng sambil terus liar mencari angkot KWK 12, yang arahnya ke Ragunan. Panas,
debu, klakson mobil-motor yang tidak sabaran, lengkap dengan teriakan-teriakan
yang aku ceritakan tadi, belum lagi asap yang menyembur dari knalpot kendaraan
mereka. Bikin Tambah panas!
Akhirnya
aku nemu KWK 12 yang lagi mangkal di depan es dawet, sopirnya lagi minum es
diluar. Aku masuk aja, terserahlah mau ngetem berapa lama yang penting aku udah
dalam angkot, amanlah ga jadi sasaran teriakan para sopir. 2 menit, 3 menit
sopirnya masih aja asik menenggak esnya dengan tempo lambat dan penuh
penghayatan. 5 menit belum juga ada tanda-tanda mau narik. 6 menit es
digelasnya habis. Alhamdulillah sebentar lagi jalan, kataku lega seperti habis
ikut minum es dawet juga.
“Tambah lagi segelas, Bang” kata Sopirnya mantap.
Buseehh! Baru aja lega. Berapa lami lagi aku musti nunggu. Nunggu dalam angkot
juga lumayan menykisa, dari tadi ibu-ibu disebelahku ngipas-ngipas terus, mungkin
itu yang bikin sopir angkotnya minum es dawet aja lebay-nya kaya di iklan. Tapi
panasnya jadi agak reda pas sopir angkotnya bilang, “dawetnya di bungkus aja, Bang.
Gua minum sambil narik”. panasnya bener-bener hilang pas angkotnya jalan,
mungkin karena angin tapi lebih mungkin lagi karena lagu yang di putar dalam
angkot, nada-nadanya mengalun indah di tengah hiruk pikuk jalanan Jakarta,
membawa sepoi-sepoi masuk ke kulit kepalaku yang dari tadi gerah, ku sandarkan
badanku pada dinding angkot saat lirik pertama lagu itu dinyanyikan, lagu itu
benar-benar berpengaruh magis dalam setiap inci tubuhku, dimanapun dan kapanpun
aku mendengarnya, ada zat serotonin yang menggetarkan setiap selnya. Aku di
bawa ke masa 3 tahun yang lalu ketika lagu ini mewakili suasana hatiku. Ketika lagu
ini membuktikan janjinya bahwa memang benar lagu ini adalah adalah tentang kami:
tentang aku dan kekasihku, tentang kami yang ingin berikat, tentang kami yang
setengah mati oleh sebuah perpisahan.
Aku menerobos
masuk kapal untuk melihat senyumnya lagi yang ternyata semakin membuatku tak
rela melepas. Aku yang sesegukan masih mematung disaksikan mega dan ombak
sampai kapal yang membawanya tak
terlihat lagi. Waktu telah membawanya berlalu, namun suara dan nyanyiannya
masih tertinggal disini, sebagai obat dari gumpalan rindu yang amat menyiksa.
Bersama
dengan alunan lagu ini, aku sadar tak ada masalah yang lebih menyiksa dari
menunggu dan merindu, apalagi hanya masalah sopir angkot yang asik berlama-lama
minum es, itu hanya masalah menunggu, bukan merindu. Ah, ingin sekali aku
mentraktirnya minum es dawet lagi tapi uangku tidak cukup karena sopir karpet
barusan.
Aku merasakan lagi rindu dan cinta yang
menggebu-gebu itu. Aku mencintaimu dengan segenap rasaku, suamiku…
Angkot
terus gerasak gerusuk di tengah jalanan Jakarta yang pengap tapi terasa
lengang. Sesekali ngerem mendadak, lalu negbut lagi, di klaksonin orang, dia
klaksonin balik, mungkin sudah nalurinya sopir angkot ketika narik harus kebut-kebutan,
ah aku malas peduli. Toh, jok angkot
yang setipis tisu ini rasanya empuk dan nyaman seperti jok mobil mewah yang kami
tumpangi saat pergi resepsi tadi. Iya… selama lagu Stingky ini tetap mengalun…
Tetes air mata basahi pipimu…
Di saat kita kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkan kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku
Lambaian tanganmu iringi langkahku
Terbersit tanya di hatiku
Akankah dirimu kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkan kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku
Kau kusayang
Slalu kujaga
Takkan kulepas selamanya
Hilangkanlah
Keraguanmu pada diriku
Di saat kujauh darimu
Di saat kita kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkan kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku
Lambaian tanganmu iringi langkahku
Terbersit tanya di hatiku
Akankah dirimu kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku
Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang
Mungkinkan kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku
Kau kusayang
Slalu kujaga
Takkan kulepas selamanya
Hilangkanlah
Keraguanmu pada diriku
Di saat kujauh darimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar