Kamis, 14 Mei 2015

Jungkir Balik Buat Move On


Tahun 2007 adalah tahun kedua diberlakukannya ujian paket yang dinilai sulit, tahun sebelumnya angka ketidaklulusan siswa SMP Negeri gila-gilaan. Pada Tahun kelulusan Intan, angka kelulusan hanya meningkat nol koma sekian persen, yang artinya angka ketidaklulusan siswa tahun ini masih terbilang fantastis, maka beruntunglah siswa yang lulus. Beruntung? tapi Intan tidak merasakan itu, ia ikut merasakan kesedihan Yeni dan Uyi, sahabtnya, meskipun ia juga tidak bisa menyembunyikan perasaan haru saat ibunya dengan bangga menceritakan kelulusannya pada tetangga. Seketika rumah Uyi menjadi rumah duka yang riuh suara tangis. Para tetangga berdatangan mengucapkan belasungkawa, bahkan ada tetangga yang sukarela memanggil tabib untuk menenangkan mereka, 1 mug air yang di jampi-jampi lalu di tepuk-tepukkan ke ubun-ubun sampai kepala basah. Mereka semakin terpojok oleh pujian dan perbandingan antara Intan dengan mereka, itu tak bisa dihindari, “Tumben mereka nggak kompak, biasanya berangkat-pulang sekolah bareng, bolos sekolah bareng, di cari kerumah sama guru BP bareng, apa-apa bareng, pas kelulusan hanya Intan yang lulus, aneh!” kata tetangga di luar kamar Uyi, Ibu Uyi menyahut semangat, “Ya iyalah, Intan kan rajin, mereka malas, Intan pintar, mereka bodoh “Sejak kapan Ibu Uyi memujiku seperti itu? biasanya bayanganku baru muncul saja, dia sudah siap meledakkan ultimatum agar aku kapok mengajak Uyi main terus”, Intan menggumam.
“Gue mau mati aja” teriak Uyi yang di jawab antusias oleh Tia “Mati? Terus rencana Veloza nikah di bulan dan tahun yang sama gimana?” meski Tia lebih memilih berhenti sekolah tapi persahabatan mereka bertiga tetap terjalin. Tia juga menjadi orang yang paling peduli dengan nasib genk mereka, Veloza, Baginya Veloza adalah harga dirinya, Veloza adalah kiblat pergaulan anak muda di kampungnya.
Uyi bergeming. Tia melanjutkan cermahnya dengan serius “Perjalanan masih sangat panjang, ijazah SMP tidak akan berarti apa-apa. Kita harus beruntung di Veloza ada yang lulus. lihat Virgo, satupun ga ada! Jadi kita bisa membuktikan siapa sampah sebenarnya, betapa sampahnya geng mereka” Tia terkekeh, merasa menang dari rival geng sekampungnya yang berisi cewek-cewek centil hobi pamer cowok, Virgo.
“lagian ini Cuma masalah sepele, orang-orang saja yang terlalu heboh” tambahku mantap.
 “Enteng bener, mentang-mentang lulus, mending pulang sana kasi tau semua orang kalau elo lulus” Seloroh Uyi dengan keras tapi Intan tidak peduli, baginya Uyi tetap malaikat yang selalu bersedia menginap di rumahnya setiap ia rapuh oleh cinta. “Ntar malam kita party, kecil-kecilan aja, gue undang anak-anak agar siapkan makanannya”
“Elo mau kita semua ngerayain kelulusan elo?” Kali ini Yeni yang biasanya lemah lembut bersikap seperti Uyi. Sejak tadi sebenarnya mereka sentiment dengan Intan, Intan berusaha mengabaikannya tapi tatapan itu bicara, betapa geramnya mereka dengan Intan, tak pernah sekalipun ada tatapan se-horor itu sepelik apapun pertengkaran mereka. Mereka cemburu?
***
Dua hari berlalu, keadaan sudah membaik, party yang mereka rencanakan seminggu sebelum kelulusan berjalan, lampu disko sudah kelap-kelip sejak habis magrib, dentuman music aliran keras menghentak. Sangat mengganggu, untuk itu tetangga sering nyemprot merka. Kaos sablon warna biru muda bertuliskan “We are Veloza, We Are Soulmate” yang dipesan Tia, sudah mereka kenakan. Kali ini Intan dapat dispensasi dari Ibunya untuk keluar malam bahkan untuk menginap. Aman.
“kaosnya keren kan?” Seru Tia.
“Tapi bayarnya gimana nih? Gue belom ada duit, tau sendiri kalo ga sekolah ya berati gue ga pegang-pegang duit” kata Intan, pertanyaan yang sebenarnya tidak penting. Karena Tia sudah pasti memberikan kaos itu Cuma-Cuma. Tia yang manja selalu mengancam tidak mau sekolah setiap permintaannya tidak dipenuhi, sampai akhirnya dia benar-benar putus sekolah. sekarang ancaman terbarunya adalah, kabur dari rumah, tak ada yang dibantah orangtuanya.
“makanya berguru sama gue, gue mah udah jaga-jaga kalo lagi libur panjang gini” Mereka tertawa, Uyi memang terkenal dengan bisnis sekolahnya—sekolah yang di jadikan bisnis, menipu orangtua, alasan beli buku, bla bla bla.
 “Lo pake alasan beli buku juga abis ujian?” Yeni menahan tawa.
“Gue bilang buat beli batu akik jadi kado buat guru tercinta” Mereka tertawa terbahak-bahak, lupa bahwa dua hari lalu mereka menangis karena tidak lulus. diacak-acaknya rambut Uyi si jago ngibul.
Lampu motor pacar menyorot, membuat silau. Tak ada debaran, atau getar-getar cinta mewarnai pertemuan mereka dengan pra-pria  itu. semua biasa saja, karena kehadiran merka tak lebih dari pewarna untuk memberi imej keren pada Veloza dan tentu saja untuk pamer-pamer pada Virgo. Katanya keren, masa nggak ada satu cowokpun yang nyantol sama kalian sih? Olok-olokan Virgo masih terngiang di telinga merka, terutama Tia. Tapi Intan saja sudah pernah patah hati sama cowok, siapa dia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar