Selasa, 02 Juni 2015

Kapok Baca Supernova



Partikel-nya Dee ngawur, ya?
Ehm, opening dulu…
Novel tahun 2001 itu aku baca tahun 2015, disatu sisi menyesal, kudet (kurang update) banget yah? Disisi lain saya bersyukur, saya nggak perlu nunggu sampai 8 tahun untuk episode selanjutnya. Setelah nyicil dari supernova:KPBJ, selanjutnya Akar, lalu Petir, sampailah aku pada episode ke 4, Partikel.
+ Hmm.. sebentar, kamu siapa ya berani-beraninya mau kritik Dee? Punya karya aja nggak, boro-boro best seller kaya Dee. Tengil banget!
- saya cuma nggak mau jadi bagian orang yang makan di restoran mewah, tapi nggak berani bilang makanannya nggak enak karena takut di katain kampungan.
+ Terus salah siapa? Wong cheff—nya  andal, pemenang master cheff internasional. Semua orang seneng makanannya. Berati nggak salah, selera kamu emang kampungan.
- Ada benernya juga sih…  emm eh, tapi aku udah punya karya kok, bahkan karyaku udah pernah jadi bacaan orang-orang hebat dengan teliti, the best of lah…
+ Siapa? Apa?
-  Dosen pembimbing. Skripsi.
+ Ppffffff!!

Baiklah, mungkin saya memang belum mampu untuk bacaan seberat Partikel, katakanlah begitu. Seperti biasa Dee selalu berhasil menuturkan sesuatu dengan diksi yang menarik. Dalam KPBJ misalnya, Diva sang pelacur kelas atas, menertawakan pragawati yang jatuh karena katinggian hak sepatunya.

Diva memang tak merasa kasihan sedikitpun, ada batas ketinggian maksimal untuk hak sepatu.         Yang menurutnya patut dikasihani adalah orang-orang yang berupaya untuk mencuat dan         berjinjit diatas kemunafikan. yang haus akan elu-elu tak bermakna, yang meletakkan harga         dirinya di sewujud tubuh molek atau di seraut wajah cantik tapi mati. Yang menggantungkan jati dirinya di gedung perkantoran mewah bertingkat empat puluh, dibesar kecilnya kucuran kredit bank, atau pada sebuah titel yang memungkinkan mereka membodoh-bodohi sekian banyak         orang bodoh lainnya.

Siapa yang nggak penasaran dengan kelanjutan cerita sang pelacur yang dibalik pekerjaannya yang nista tapi berani menkritisi nilai-nilai yang katakanlah kurang baik… yang bagi orang lain sudah lumrah. Episode kedua terbit, tapi benang merahnya belum kelihatan, dengan tokoh baru di dalam Akar bernama Bodhi. Episode ketiga lumayan ada persamaan dengan episode kedua, Elektra dan Bodhi bertemu, tapi tanda-tanda kehidupan Ferre, Rana, Diva, dll dalam supernova satu tidak ada sama sekali. Lalu yang paling membingungkan Partikel,dengan tokoh Zarah sebagai pemeran utama, hadir dengan masalah njelimet tapi anti njlimetnya malah ngawur, kesan jatuh cinta dan pengkhianatan  yang dipaksakan, ayahnya yang masih misterius entah hilang dimana, lalu siapa yang mengirim hasil jepretan Zarah ke majalah hingga dia memenangkan lomba fotografi tersebut
? sampai novel ini tamat bukan hanya nggak ada benang merah, tapi benangnya yang semakin banyak  semakin di uwel2 dan semakin kusut bekerugut. Serasa tidak membaca novel tapi riset tentang flora dan fauna terutama kera dan jamur. Apalah apalah…
Entah apa yang ingin di buktikan Dee dalam partikelnya… yang pasti saya beli novelnya pengen tau, bagaimana kelanjutan hidup Diva, Bagaimana eksperimen spiritual Watti, bagaimana Elektra dengan Mpret? Just that…
+ Kamu nggak sabaran banget sih?
-       Terus saya harus tunggu anti njelimetnya terbit 8 tahun lagi? Mending saya nggak usah baca supernova lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar