Partikel-nya Dee ngawur, ya?
Ehm, opening dulu…
Novel tahun 2001 itu aku baca tahun
2015, disatu sisi menyesal, kudet (kurang update) banget yah? Disisi lain saya bersyukur,
saya nggak perlu nunggu sampai 8 tahun untuk episode selanjutnya. Setelah
nyicil dari supernova:KPBJ, selanjutnya Akar, lalu Petir, sampailah aku pada
episode ke 4, Partikel.
+ Hmm.. sebentar, kamu siapa ya
berani-beraninya mau kritik Dee? Punya karya aja nggak, boro-boro best seller
kaya Dee. Tengil banget!
- saya cuma nggak mau jadi bagian
orang yang makan di restoran mewah, tapi nggak berani bilang makanannya nggak
enak karena takut di katain kampungan.
+ Terus salah siapa? Wong cheff—nya andal, pemenang master cheff internasional. Semua
orang seneng makanannya. Berati nggak salah, selera kamu emang kampungan.
- Ada benernya juga sih… emm eh, tapi aku udah punya karya kok, bahkan
karyaku udah pernah jadi bacaan orang-orang hebat dengan teliti, the best of
lah…
+ Siapa? Apa?
- Dosen pembimbing. Skripsi.
+ Ppffffff!!
Baiklah, mungkin saya memang belum
mampu untuk bacaan seberat Partikel, katakanlah begitu. Seperti biasa Dee
selalu berhasil menuturkan sesuatu dengan diksi yang menarik. Dalam KPBJ
misalnya, Diva sang pelacur kelas atas, menertawakan pragawati yang jatuh
karena katinggian hak sepatunya.
Diva
memang tak merasa kasihan sedikitpun, ada batas ketinggian maksimal untuk hak
sepatu. Yang menurutnya patut
dikasihani adalah orang-orang yang berupaya untuk mencuat dan berjinjit diatas kemunafikan. yang haus
akan elu-elu tak bermakna, yang meletakkan harga dirinya di sewujud tubuh molek atau di seraut wajah cantik
tapi mati. Yang menggantungkan jati dirinya
di gedung perkantoran mewah bertingkat empat puluh, dibesar kecilnya kucuran
kredit bank, atau pada sebuah titel yang memungkinkan mereka membodoh-bodohi
sekian banyak orang bodoh lainnya.
Siapa yang nggak penasaran dengan
kelanjutan cerita sang pelacur yang dibalik pekerjaannya yang nista tapi berani
menkritisi nilai-nilai yang katakanlah kurang baik… yang bagi orang lain sudah
lumrah. Episode kedua terbit, tapi benang merahnya belum kelihatan, dengan
tokoh baru di dalam Akar bernama Bodhi. Episode ketiga lumayan ada persamaan
dengan episode kedua, Elektra dan Bodhi bertemu, tapi tanda-tanda kehidupan
Ferre, Rana, Diva, dll dalam supernova satu tidak ada sama sekali. Lalu yang
paling membingungkan Partikel,dengan tokoh Zarah sebagai pemeran utama, hadir
dengan masalah njelimet tapi anti njlimetnya malah ngawur, kesan jatuh cinta
dan pengkhianatan yang dipaksakan,
ayahnya yang masih misterius entah hilang dimana, lalu siapa yang mengirim
hasil jepretan Zarah ke majalah hingga dia memenangkan lomba fotografi tersebut
? sampai novel ini tamat bukan hanya nggak ada benang merah, tapi benangnya yang semakin banyak semakin di uwel2 dan semakin kusut bekerugut. Serasa tidak membaca novel tapi riset tentang flora dan fauna terutama kera dan jamur. Apalah apalah…
? sampai novel ini tamat bukan hanya nggak ada benang merah, tapi benangnya yang semakin banyak semakin di uwel2 dan semakin kusut bekerugut. Serasa tidak membaca novel tapi riset tentang flora dan fauna terutama kera dan jamur. Apalah apalah…
Entah apa yang ingin di buktikan Dee
dalam partikelnya… yang pasti saya beli novelnya pengen tau, bagaimana
kelanjutan hidup Diva, Bagaimana eksperimen spiritual Watti, bagaimana Elektra
dengan Mpret? Just that…
+ Kamu nggak sabaran banget sih?
-
Terus
saya harus tunggu anti njelimetnya terbit 8 tahun lagi? Mending saya nggak usah
baca supernova lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar